Artayes
Berbagi Informasi, Pengetahuan dan Wawasan Bagi Pengguna Internet
Senin, 30 November 2015
Hancurkan Penyakit Ganas Dan Mematikan Dengan Cara ini,Tolong di Share Ya !!!
Ramuan sederhana dari mentimun bisa membuat kesehatan Anda terjaga dengan baik serta bakal mencegah beberapa penyakit. Caranya yaitu dengan merendam irisan mentimun didalam air selama 12 jam, lalu minum air mentimun tersebut .
Anda bisa menyimpan beberapa irisan mentimun didalam botol air dan kemudian meminumnya. Senyawa aktif, seperti vitamin, mineral serta antioksidan dari mentimun akan tercampur ke air.
Air mentimun bukan sekedar mendinginkan serta menyegarkan tubuh, namun juga menawarkan banyak faedah kesehatan. Mentimun kaya akan vitamin C, K serta vitamin B. Selain itu, mentimun juga memiliki kandungan tembaga, kalium, mangan dan antioksidan.
Jadi mulai dari saat ini, tambahkan mentimun dalam minuman Anda untuk melindungi diri dari berbagai penyakit serta kekurangan gizi. Ditulis dari Boldsky, berikut sebagian penyakit yg dapat dicegah bila Anda teratur mengonsumsi air mentimun.
1. Otak.
Mentimun mengandung anti-inflamasi, fisetin yang terkandung didalam mentimun bisa menjaga kesehatan otak serta mengurangi peradangan. Air mentimun dapat mencegah rusaknya otak dengan meningkatkan aliran darah ke otak.
2. Ginjal.
Mentimun bisa mengurangi kandungan asam urat dalam tubuh Anda yang dapat mengakibatkan penyakit asam urat. Air mentimun mampu menghilangkan kreatinin, yakni asam urat serta produk-produk limbah yang lain yang terakumulasi di ginjal, dengan demikian, hal tersebut bisa membantu ginjal Anda
berfungsi dengan baik.
3. Membantu melawan kanker.
Tingginya kandungan antioksidan seperti pinoresinol dan lain-lain yang terkandung di air mentimun, bisa mengurangi resiko beberapa type kanker. Kandungan antioksidannya bisa menangkal radikal bebas dari dalam tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan sel serta kanker.
4. Mengurangi cholesterol jahat.
Sterol yang ada dalam air mentimun bisa membantu menyingkirkan cholesterol jahat dari dalam tubuh. Hingga dapat mencegah Anda dari penyakit jantung serta tekanan darah tinggi. Mentimun juga kurangi pembekuan pembuluh darah, hingga tidak akan ada pembatasan aliran darah.
5. Membersihkan tubuh.
Air mentimun mempunyai efek detoksifikasi, yang bakal membersihkan toksin dari tubuh Anda. Air mentimun juga membantu organ-organ tubuh Anda supaya bekerja lebih efektif.
6. Memperkuat imunitas.
Vitamin yang terkandung di air mentimun, seperti vitamin C serta B kompleks bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh Anda. Vitamin C nya dapat mempercepat penyembuhan serta pemulihan dari penyakit.
7. Mencegah pembengkakan.
Air mentimun meningkatkan volume serta frekwensi buang air kecil. Ini akan mengurangi pembengkakan tangan serta kaki yang disebabkan oleh retensi air.
8. Bagus untuk tulang serta otot.
mentimun bisa memperkuat jaringan ikat serta membuat tulang Anda sehat. Air mentimun juga kaya silika yang penting untuk pengembangan jaringan ikat.
9. Bau mulut.
Kandungan phytochemcials di air mentimun dapat membunuh bakteri didalam mulut yang bisa menyebabkan bau mulut.
10. Baik untuk kulit dan rambut.
Antioksidan dalam mentimun yang terendam di air, dapat membuat kulit Anda lebih bersih serta segar. Sedangkan sulfur serta silikon dalam mentimun bisa membantu pertumbuhan rambut.
Jumat, 27 November 2015
METODE PEMBELAJARAN
METODE
PEMBELAJARAN
Metode adalah prosedur
pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan. Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Metode dalam rangkaian sistem
pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
A. METODE PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA GURU
Ciri-ciri metode pembelajaran yang berpusat pada guru:
1. Guru yang harus menjadi pusat dalam kegiatan
belajar mengajar. Ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru
sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
2. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar.
Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus
dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami
segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima
informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak
mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang
menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai objek belajar,
kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya
bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab
dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
3. Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu
tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala ada
kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat
yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa duduk di
bangku berjejer, dan guru di depan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang
diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah
habis maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah,
seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran
yang satu dengan lainnya.
4. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi
pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejuah mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu
sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang
disampaikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan
pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan
logis, kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku
itu harus dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya
mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh
penguasaan materi pelajaran maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah
tes hasil belajar tertulis yang dilaksanakan
secara periodik.
Terdapat beberapa metode yang berpusat pada guru,
antara lain:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan
sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung kepada kelompok siswa. Metode ceramah sampai saat ini
sering digunakan oleh setiap guru. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa
pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik pada guru ataupun
siswa. Guru biasanya belum merasa puas menakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan
belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah,
sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru
berarti tidak ada belajar.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1. Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap. Sedangkan mudah dalam hal ini dimaksudkan
metode ceramah hanya mengandalkan suara guru dengan demikian tidak terlalu
memerlukan persiapan yang rumit.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang
luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang
perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana
yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah
dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan
persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk
mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
b. Kekurangan Metode Ceramah
1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah penyakit yang sangat
mungkin disebabkan oleh ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannnya
guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan
auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang
tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui
pendengarannya.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang
baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi
walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama
sekali tidak mengikuti berlangsungnya poses pembelajaran, pikiran melayang
kemana-mana atau siswa mengantuk karena gaya bertutur guru tidak menarik.
4. Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui
apakah seluruh siswa telah mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Walaupun
ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan tidak ada seorang pun yang
bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai
metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret. Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) dalam Soli
Abimanyu mengemukakan bahwa yang dimaksud metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan pada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam
bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau
sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
a. Kelebihan
Metode Demonstrasi
1. Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2. Proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan
cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membendingkan teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini
kebenaran materi pembelajaran.
b.
Kekurangan Metode Demonstrasi
1. Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai, demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyababkan metode ini tidak
efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk mengahasilkan pertunjukkan suatu
proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu sehingga
dapat memakan waktu yang lama.
2.
Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.
3.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga
guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di samping itu,
demonstrasi juga memerlukan kemauan dan mootivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
3) Metode
Tanya Jawab
Metode tanya
jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran
yang lalu agar para murid memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan
yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya dan
untuk merangsang perhatian murid.
a. Kelebihan
Metode Tanya Jawab
1. Siswa
akan menjadi aktif dengan sendirinya.
2. Siswa
tidak mengalami kebosanan karena dalam metode tersebut melibatkan siswa.
3. Dapat
memotivasi siswa untuk berani bertanya dan menjawab.
b.
Kekurangan Metode Tanya Jawab
1. Siswa
yang tidak aktif cenderung tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru.
2. Metode
ini tidak dapat berjalan dengan baik jika siswa dominan pasif di dalam kelas.
3. Hanya
membuang-buang waktu saja jika tidak mendapat respon baik dari siswa.
B. METODE
PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA
1) Metode
Kerja Kelompok
Metode kerja
kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi dalam
beberapa kelompok yang dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara
bersama.
Kelebihan Metode Kerja Kelompok:
a. Membiasakan siswa bekerjasama, musyawarah, dan
bertanggung jawab.
b. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok.
c. Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja
kelompok cukup pisampaikan kepada para ketua kelompok.
d. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.
Kekurangan Metode Kerja Kelompok:
a. Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi
minat, bakat, prestasi, maupun intelegensi.
b. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian
kepada anggota, menjelaskan dan pembagian kerja.
c. Anggota kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang
diberikan pemimpin kelompok.
d. Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari
rencana karena kurang dikontrol oleh pemimpin kelompok dan guru.
e. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya
terutama bagi kerja kelompok yang komplementer.
Cara Mengatasi Kekurangan Metode Kerja Kelompok:
a. Mengkaji lebih terlebih dahulu materi pelajaran
dengan cermat, kemudian buat garis besar rincian tugasnya untuk setiap kelompok
agar bobot tugas tersebut sama beratnya.
b. Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok
harus dilakukan terus menerus.
c. Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu
banyak.
d. Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan
persaingan antar kelompok yang kurang sehat.
2) Metode
Karya Wisata
Metode karya
wisata atau studi wisata sebagai metode pembelajaran adalah siswa dibawah
bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud mempelajari
objek belajar yang terjadi ditempat tersebut.
Kelebihan Metode Karya Wisata:
a. Siswa dapat belajar secara langsung dilapangan
sehingga pengetahuan yang diperoleh nyata, hidup, dan bermakna.
b. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah.
c. Motivasi dan minat belajar siswa tinggi.
d. Guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi
pelajaran, karena materi disampaikan oleh narasumber atau observasi langsung
oleh siswa sendiri.
e. Siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara,
percobaan, dan menggolong-golongkan.
Kekurangan Metode Karya Wisata:
a. Memerlukan kesiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan waktu yang yang cukup lama.
c. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
d. Memerlukan pengawasan ketat agar siswa fokus kepada
tugasnya.
e. Laporan hasil karya wisata biasanya diserahkan
tidak tepat waktu.
Cara Mengatasi Kekurangan Metode Karya Wisata:
a. Tentukan secara jelas tugas-tugas yang sewaktu
karya wisata dan sesudah karya wisata.
b. Pilih waktu libur untuk melaksanakan karya wisata.
c. Rencanakan pembiayaan jauh sebelum karya wisata itu
dilaksanakan.
d. Buat tata tertib pelaksanaan karya wisata secara
jelas dan dikomunikasikan secepatnya kepada siswa.
3) Metode
Penemuan (Discovery)
Penemuan
diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran
perseorangan, manipulasi objek, melakukan percobaan, sebelum sampai ke
generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA).
Kelebihan Metode Penemuan:
a. Siswa belajar melalui proses penemuan.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat
kokoh.
c. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam
belajar.
d. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri
cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk
belajar.
e. Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai
teman belajar atau fasilitator.
Kekurangan Metode Penemuan:
a. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam
arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan
frustasi.
b. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena
habis guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuan.
c. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh
pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan.
d. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif karena pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh
guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
Cara Mengatasi Kekurangan Metode Penemuan:
a. Bentuklah kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa
membimbing siswa yang kurang pandai.
b. Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan
diluar kelas sehingga tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang mahal.
c. Mulailah
dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan metode
ini maka gunakanlah metode penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat
berkembang berpikir kreatifnya.
4) Metode
Eksperimen
Eksperimen
adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu.
Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium sedangkan metode eksperimen
dalam pembelajaran dalah cara penyajian bahan pembelajaran yang memungkinkan
siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau
hipotesi yang dipelajari.
Kelebihan Metode Eksperimen:
a. Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan
percobaannya sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
b. Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data
yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.
c. Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode
ilmiah dan berpikir ilmiah.
d. Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan
lama dalam ingatan.
Kekurangan Metode Eksperimen:
a. Memerluakn peralatan dan bahan percobaan yang
lengkap serta umumnya mahal.
b. Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab metode
eksperimen umumnya menggunakan waktu lama.
c. Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada
kesalahan kesimpulannya.
d. Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode
eksperimen.
Cara mengatasi kekurangan metode eksperimen:
a. Guru harus menjelaskan secara rinci hasil yang
ingin dicapai dengan eksperimen.
b. Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen,
bahan-bahan eksperimen yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara
penggunaannya, variable yang dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
c. Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil
eksperimennya.
5) Metode
Pembelajaran Unit
Metode
pembelajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan guru
mrngarahkan segala kegiatannya pada suatu pemecahan masalah yang dipelajari.
Kelebihan Metode Pembelajaran Unit:
a. Siswa dapat belajar secara keseluruhan.
b. Pelajaran menjadi lebih berarti.
c. Situasi kelas lebih demokratis.
Kekurangan Metode Pembelajaran Unit:
a. Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit
bukan suatu pekerjaan yang mudah.
b. Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan
sendiri.
c. Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang
lebih banyak.
d. Melibatkan banyak siswa maka memerlukan biaya yang
lebih banyak.
Cara Mengatasi Kekurangan Metode Pembelajaran unit:
a. Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi
dengan cara membentuk tim atau panitia.
b. Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit
diperlukan banyak waktu, energi dan biaya dapat diatasi dengan mmanfaatkan
waktu yang kosong dan biayanya bisa dengan iuran sedikit demi sedikit mulai
dari awalnya.
6) Metode
Pembelajaran Dengan Modul
Modul adalah
suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep tunggal mata
pelajaran. Jadi yang dimaksud dengan Metode pembelajaran modul merupakan salah
satu bentuk dari bentuk-bentuk belajar mandiri.
Kelebihan Metode Pembelajaran Dengan Modul:
a. Siswa aktif belajar secara mandiri.
b. Meningkatkan kualitas hasil belajar.
c. Siswa termotivasi untuk belajar dengan
sungguh-sungguh.
Kekurangan Metode Pembelajaran Dengan Modul:
a. Ikatan kelas renggang, belajar bersama kurang, padahal
motivasi belajar dipengaruhi oleh kebersamaan.
b. Kesulitan dalam menulis modul.
c. Pembelajaran dengan modul umumnya kurang
memperhatikan aspek perasaan.
d. Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam
modul, sehingga memberatkan siswa.
Cara mengatasi kekurangan matode pembelajaran dengan
modul:
a. Perlu dibuat modul yang penguasaannya dilakukan
melalui diskusi atau kerja kelompok.
b. Modul harus disusun oleh orang yang ahli bidang
mata kuliah juga berpengalaman dalam menulis modul.
c. Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang
ingin dicapai.
d. Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku,
yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Analisis Wacana
ANALISIS WACANA
A. Pengertian Wacana
Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse. Secara bahasa, wacana berasal dari bahasa Sansekerta “wac/wak/vak” yang artinya “berkata, berucap” kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’ yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna “membendakan”. Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataaan atau tuturan.
Menurut kamus bahasa kontemporer, kata wacana itu mempunyai tiga arti. Pertama, percakapan; ucapan; tuturan. Kedua, keseluruhan cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap diatas kalimat dan satuan gramatikal yang tertinggi dalam hierarki gramatikal. Sebagai satuan bahasa yang terlengkap, wacana mempunyai konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar. Sebagai satuan gramatikal yang tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana ialah adanya wacana harus kohesif dan koherens. Kohesif artinya terdapat keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana. Sedangkan koheren artinya wacana tersebut terpadu sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar. Wacana yang koherens tetapi tidak kohesif sepeti contoh:
Andi dan budi pergi ke hitec-mall, dia ingin membeli laptop.
Contoh tersebut tidak tidak kohesif karena kata dia tidak jelas mengacu kepada siapa, kepada Andi atau Budi, atau kepada keduanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana yang baik adalah wacana yang kohesif dan koherens.
Selain wacana sebagai satuan bahasa terlengkap diatas kalimat dan satuan gramatikal tertinggi dalam hierarki gramatikal, masih banyak lagi pengertian lain tentang wacana. Lubis mendefinisikan bahwa wacana adalah kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, atau diucapkan, atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda. Sementara White mengartikan wacana adalah dasar untuk memutuskan apa yang akan ditetapkan sebagai suatu fakta dalam masalah-masalah yang akan dibahas dan dasar untuk menentukan apa yang sesuai untuk memahami fakta-fakta sebelum ditetapkan, dimana White dalam hal ini lebih melihat wacana sebagai sebab daripada sebagai akibat.
Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini, sebelumnya aliran-aliran linguistik hanya membatasi penganalisaannya pada sosial kalimat saja, namun belakangan ini barulah para ahli bahasa memalingkan perhatiannya pada penganalisaan wacana.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui analisis wacana, kita tidak hanya mengetahui isi teks yang terdapat pada suatu wacana, tetapi juga mengetahui pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan dipahami. Analisis Wacana akan memungkinkan untuk memperlihatkan motivasi yang tersembunyi di belakang sebuah teks atau di belakang pilihan metode penelitian tertentu untuk menafsirkan teks.
Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Jadi objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa diatas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya, dan pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang membentuk wacana.
B. Jenis Wacana
Jenis wacana dibedakan sesuai dengan sudut pandang wacana tersebut itu dilihat. Jika dilihat dari tujuannya, wacana dibedakan menjadi wacana lisan dan wacana tulis. Dilihat dari penggunaan bahasanya, wacana dibedakan menjadi wacana prosa dan wacana puisi.
Sedangkan dilihat dari penyampaian isinya, wacana dibedakan menjadi:
1. Narasi, bersifat mencerminkan suatu topik atau hal.
2. Eksposisi, bersifat memaparkan topik atau fakta.
3. Persuasi, bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang.
4. Argumentasi, bersifat memberi argumen atau alasan terhadap suatu hal.
C. Teori Wacana
1. Teori Wacana Bakhtinian
Bakhtin dan kawan-kawan cenderung memahami wacana sebagai tuturan, yaitu pertalian antara suara penutur dengan suara orang lain yang terimplikasi dalam tuturan penutur itu. Bakhtin dan kawan-kawan membuat beberapa tipologi wacana sebagai berikut:
Pertama, Wacana Linear, adalah wacana yang memandang wacana lain hanya dalam sebuah garis besar dengan batas-batas eksternal yang jelas dengan meminimalkan individualitas internalnya. Contoh dalam wacana ini adalah puisi. Puisi cenderung menenggelamkan aneka suara dalam satu kesatuan suasana, yaitu suasana penutur. Tuturan lain dalam puisi direduksi sedemikian rupa sehingga yang tersisa hanya garis besarnya saja.
Kedua, Wacana piktural, adalah wacana yang dengan tangkas dan halus dapat menerobos wacana lain, baik dalam bentuk komentar maupun ejekan. Seperti contoh wayang. Dalam wayang, dalang dapat memberikan komentar dan penilaian terhadap tokoh-tokohnya, dan sebaliknya, tokoh-tokoh dapat melakukan protes terhadap dalang.
Ketiga, Dalam hal ini Bakhtin dankawan-kawan membangi wacana menjadi dua jenis, yaitu Wacana Satu-Suara dan Wacana Suara-Ganda, Wacana Satu-Suara meliputi wacana linear dan wacana piktural. Sedangkan Wacana Suara-Ganda meliputi Stilisasi, Skaz, Parodi, dan Polemik terselubung.
2. Teori Wacana Althusser
Teori wacana Althusser, wacana cenderung dipahami sebagai ideologi dalam praktik. Tak ada ideologi tanpa wacana, dan tak ada wacana tanpa ideologi. Ideologi yang tidak mewujud secara material, tanpa subjek dan untuk subjek, hal itu akan kehilangan fungsinya. Lebih jauh lagi, sesuai teori Marxis, wacana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari formasi sosial yang ada, formasi sosial yang terbangun dari dua atau lebih kelas sosial yang saling bertentangan, terlibat dalam pertentangan dan pertarungan kelas dengan ideologinya masing-masing.
D. Perspektif Wacana
Menurut A.S Hikam, ada tiga paradigma analisis wacana dalam melihat bahasa:
Pertama, Pandangan positivisme-empiris;
Penganut aliran ini melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek yang ada di luar dirinya. Pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala aatau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara ide/pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan seemantik. Oleh karena itu, kebenaran sintaksis (tata bahasa) adalah bidang utama dari aliran positivisme tentang wacana.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, titik perhatian utama aliran positivisme didasarkan pada benar tidaknya bahasa itu secara gramatikal. Istilah yang sering disebut adalah kohesi dan koherensi. Wacana yang baik selalu mengandung kohesi dan koherensi di dalamnya. Kohesi merupakan keserasian hubungan antar unsur-unsur dalam wacana, sedangkan koherensi merupakan kepaduan wacana sehingga membawa ide tertenti yang dipahami oleh khalayak.
Kedua, Pandangan konstruktivisme;
Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivisme/empirisme dalam analisis wacana yang memisahkan subyek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap bahwa subjek adalah faktor utama atau faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.
Dalam hal ini, A.S Hikam mengatakan bahwa, subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa yang dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan dalam pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jatidiri dari sang pembicara.
Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis yang membongkar makna dan maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang memngemukakan suatu pernyataan.pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.
Ketiga, Pandangan kritis.
Pandangan ingin mengoreksi pandangan pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun secara institusional. Menurut A.S Hikam, pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inhern dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya.hal inilah yang melahirkan paradigma kritis.
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada pandangan konstruktivisme. Analisis wacana dalam paradigma kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang adal dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setuap proses bahasa seperti, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai perspektif kritis, (paradigma) analisis wacana yang ketiga ini sering juga disebut Critical Discourse Analysis/CDA.
E. Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.
Lukmana, Aziz dan Kosasih mengatakan bahwa analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) bertindak lebih jauh, diantaranya dengan menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi. Tampak adanya kurang komunikasi diantara kedua disiplin ilmu tersebut. Pada satu sisi, sosiolog cenderung kurang memperhatikan isu-isu linguistik dalam melihat fenomena sosial meskipun banyak data sosiologis yang berbentuk bahasa.
Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Tujuan analisis wacana kritis adalah menjelaskan dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini.
Teun Van Dijk mengemukakan bahwa AWK digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, diantaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain.
Selanjutnya Fairclough dan Wodak meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran AWK sebagai berikut:
1) Membahas masalah-masalah sosial
2) Mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah diskursif
3) Mengungkap budaya dan masyarakat
4) Bersifat ideologi
5) Bersifat historis
6) Mengemukakan hubungan antara teks dan masyarakat
7) Bersifat interpretatif dan eksplanatori
Dengan demikian, analisis wacana kritis merupakan teori untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya. Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks (novel) bisa menggunakan teori analisis wacana kritis. Teori analisis wacana kritis memiliki beberapa karakteristik dan pendekatan. Pendekatan analisis wacana kritis menurut Eriyanto terdiri dari lima bagian yaitu analisis bahasa kritis, analisis wacana pendekatan Prancis, pendekatan kognisi sosial, pendekatan perubahan sosial, dan pendekatan wacana sejarah.
Sedangkan karaktektistik AWK diantaranya adalah:
1. Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) yang diasosiakan sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, beraksi dan sebagainya, Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunkasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebutkan ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana; teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks .
3. Historis
Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan seterusnya.
4. Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai seusatu yang alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas konteks, atau dapat juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana.
5. Ideologi
Dalam pandangan kritis, wacana di¬pandang sebagai praktik ideologi, atau pen¬cerminan dari ideologi tertentu. Ideo¬logi yang berada di balik penghasil teks¬nya akan selalu me¬warnai bentuk wacana tertentu. Penghasil teks yang berideologi liberalisme atau sosia¬lisme tentu akan menghasilkan wacana yang memiliki karakter sendiri-sendiri. Dua catat¬an penting yang berkenaan dengan ideologi dalam wacana. Pertama, ideo¬logi secara in¬heren bersifat sosial, tidak personal atau individu. Ideologi akan selalu mem¬butuh¬kan anggota kelompok, ko-munitas, atau masya¬rakat yang me¬matuhi dan mem¬perjuangkan ideologi itu. Kedua, ideologi digunakan se¬cara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Ideo¬logi selalu me-nyedia¬kan jawaban tentang identitas kelompok.
Dari paparan tersebut itu dapat diperoleh pe¬mahaman bahwa analisis wacana tidak bisa lagi menempatkan bahasa dalam sistem ter¬tutup, tetapi harus menempatkannya dalam konteks. Analisisnya akan selalu meng¬ungkap bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada, ber¬peran dalam mem¬bentuk wacana .
F. Pendekatan Analisis Wacana Kritis
Beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam analisis wacana kritis, antara lain adalah:
a. Pendekatan Linguistik Kritis (Crticical Linguistic)
Pendekatan lingusitik kritis me¬nekankan analisisnya pada bahasa dalam kait¬annya dengan ideologi. Dalam hal ini, ideologi ditelaah dari sudut pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan, dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai.
b. Pendekatan Perancis (French Discourse Analysis)
Pen¬dekat¬an Perancis berasumsi bahwa bahasa adalah medan pertarungan kekuasaan. Melalui makna yang diciptakan dalam wacana, berbagai kelompok saling berupaya me¬nanam-kan keyakinannya dan pemahamannya kepada kelompok lain. Melalui kata dan makna yang diciptakan mereka melakukan pertarungan, ter¬masuk kekuasaan untuk menentukan dan mengukuhkan posisi dominasi kuasa pada yang lain. Dalam pendekatan ini bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi. Keduanya, kata yang digunakan dan maknanya memposisikan orang dalam kelas tertentu. Bahasa adalah pertarungan wacana melalui mana suatu kelompok sosial atau kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan dan pemahamannya. Pendekatan inilah yang digunakan oleh Sara Mills dengan perspektif feminisnya.
c. Pendekatan Kognisi Sosial (Socio Cognitive Approach)
Pendekatan ini dikembangkan oleh Teun Van Dijk yang menitikberatkan pada masalah etnis, rasialisme dan pengungsi. Pendekatan ini disebut sebagai kognisi sosial, karena ia melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana. Oleh karena itu, menurut pen¬dekat¬an ini analisis wacana dapat digunakan untuk mengetahui posisi sosial kelompok-kelompok penguasa/dominan dan kelompok marjinal.
d. Pendekatan Perubahan Sosial (Sociocultural Change Approach)
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial. Wacana di sini dipandang sebagai praktik sosial. Dengan demikian ada hubungan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam situasi, isntitusi dan kelas sosial tertentu. Pendekatan perubahan sosial memandang wacana sebagai praktik ke¬kuasaan. Menurut pendekatan ini wacana mempunyai tiga efek dalam perubahan sosial,
yaitu (a) memberi andil dalam mengkonstruksi identitas sosial dan posisi subjek, (b) memberi kontribusi dalam mengkonstruksi relasi sosial, (c) memberi kontribusi dalam mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan.
e. Pendekatan Wacana Sejarah (Discourse Historical Approaches)
Menurut pen¬dekatan kesejarahan, analisis wacana harus memperhatikan konteks kesejarahan. Wacana di sini disebut historis karena menurut Wodak, analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau komunitas digambarkan. Dalam paradigma kritis, media dipandang sebagai domain di mana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalisasi mereka dengan menguasai dan mengontrol media. Karena media dikuasai oleh kelompok yang dominan, realitas yang sebenarnya telah terdistorsi dan palsu.
BAB III
KESIMPULAN:
1. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap diatas kalimat dan satuan gramatikal yang tertinggi dalam hierarki gramatikal. Sedangkan analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.
2. Jenis wacana dibedakan sesuai dengan sudut pandang wacana tersebut itu dilihat. Jika dilihat dari tujuannya, wacana dibedakan menjadi wacana lisan dan wacana tulis. Dilihat dari penggunaan bahasanya, wacana dibedakan menjadi wacana prosa dan wacana puisi. Sedangkan dilihat dari penyampaian isinya, wacana dibedakan menjadi Narasi, Eksposisi, Persuasi, dan Argumentasi.
3. Teori wacana, diantaranya adalah Teori Wacana Bakhtinian, yang memandang wacana menjadi tiga tipe, yaitu Wacana Linear, Wacana piktural, dan Wacana Satu-Suara atau Wacana Suara-Ganda, dan Teori wacana Althusser, yang cenderung memahami sebagai ideologi dalam praktik.
4. Menurut A.S Hikam, ada tiga pandangan analisis wacana, yaitu Pandangan positivisme-empiris, Pandangan konstruktivisme, dan Pandangan kritis.
5. Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Karaktektistik AWK diantaranya adalah Tindakan, Konteks, Historis, Kekuatan, dan Ideologi.
6. Pendekatan analisis wacana kritis menurut Eriyanto terdiri dari lima bagian yaitu analisis bahasa kritis, analisis wacana pendekatan Prancis, pendekatan kognisi sosial, pendekatan perubahan sosial, dan pendekatan wacana sejarah.
DAFTAR PUSTAKA:
Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-Prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005).
Salim, Peter, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 2002).
Chaer, Abdul , Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007).
Djajasudarma, Fatimah, Wacana, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006).
Lubis, Akhyar , Masih Adakah Tempat Berpijak Bagi Ilmuan, (Bogor: Akademia, 2004).
Lubis, Hamid Hasan, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1993).
Sobur, Alex , Analisis Teks Media Massa: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Simiotika dan Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002).
Jorgensen, Marianne W, Analisis Wacana: Teori dan Metode , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).
Aminuddin, dkk, Analisis wacana, (Yogyakarta: Kanal, 2002).
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001).
Lukmana, dkk, Linguistik Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006).
Wodak, Ruth , “Critical Dis¬course Ana¬lysis” dalam Teun Van Dijk (ed.) Dis¬course as Sosial Interaction: Dis¬course Studies a Multidisciplinary Intro¬duction, Vol 2. (London: Sage Publi-cation, 1997).
Santoso, Anang, Bahasa, Masyarakat, dan Kuasa: Topik-topik Kritis dalam Kajian Ilmu Bahasa. (Malang: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2006).
Fairclough, Norman, Media Discourse, (London: Edward Arnold, 1997).
Langganan:
Postingan
(
Atom
)